Alvaro De Soto, mantan utusan khusus PBB untuk Timur Tengah menilai PBB gagal menerapkan kebijakan-kebijakannya di Timur Tengah. Kebijakan-kebijakan PBB menurut De Soto, hanya terfokus pada kepentingan AS dan Israel.
Ia juga menyarankan agar PBB menarik diri dari Tim Kuartet yang selama ini menjadi mediator konflik Palestina-Israel.
De Soto menilai tim kuartet yang terdiri dari PBB, Uni Eropa, AS dan Rusia tidak lebih hanya merupakan "sekelompok teman AS." Ia juga mengatakan bahwa Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon harus "secara serius mempertimbangkan" masalah keanggotaan di PBB.
Hal tersebut terungkap dalam dokumen rahasia setebal 53 halaman. Surat kabar The Guardian berhasil mendapatkan bocoran dokumen tersebut, dan artikelnya dimuat di edisi hari Rabu (13/6).
Isi dokumen itu antara lain juga mengkritik sanksi ekonomi yang diberlakukan pada pemerintahan Hamas setelah memenangkan pemilu di Palestina tahun 2006 kemarin, karena sanksi itu telah menimbulkan "konsekuensi yang menghancurkan" bagi rakyat Palestina.
"Langkah-langkah yang diambil oleh komunitas internasional, yang menganggap bahwa hal itu akan memulihkan eksistensi Palestina dan bisa hidup damai berdampingan dengan Israel, pada kenyataannya berdampak sebaliknya, " tulis De Soto dalam laporan tertanggal 5 Mei 2007 itu.
Di sisi lain, De Soto mengecam Hamas yang dalam piagamnya mencantumkan penghancuran terhadap Israel. Ia juga mengecam Presiden Palestina Mahmud Abbas, yang dinilainya sangat lemah dan kepemimpinannya tidak efektif.
Dari sisi Israel, De Soto menilai kebijakan-kebijakan negara Zionis itu sengaja dirancang untuk memicu reaksi dari kelompok-kelompok pejuang Palestina. Kondisi ini, katanya, membuyarkan tujuan untuk mewujudkan konsep dua negara Israel-Palestina.
Dalam laporan yang disampaikan De Soto bersamaan dengan pengunduran dirinya sebagai utusan khusus PBB untuk Timur Tengah bulan Mei kemarin, kebanyakan berisi kritikannya terhadap PBB. Ia menilai PBB lebih mementingkan hubungan baik dengan AS dan cenderung lebih meningkatkan hubungannya dengan Israel.
Ia mengatakan, PBB tidak terus terang mengatakan pada Israel bahwa PBB sudah gagal dalam mengupayakan proses perdamaian di Timur Tengah.
Setelah mundur sebagai utusan khusus PBB, posisi De Soto akan digantikan oleh Michael Williams asal Inggris. De Soto mengundurkan diri setelah dua tahun menjabat sebagai utusan khusus PBB, dan mengakhiri 25 tahun karirnya di PBB. (ln/aljz)
Ia juga menyarankan agar PBB menarik diri dari Tim Kuartet yang selama ini menjadi mediator konflik Palestina-Israel.
De Soto menilai tim kuartet yang terdiri dari PBB, Uni Eropa, AS dan Rusia tidak lebih hanya merupakan "sekelompok teman AS." Ia juga mengatakan bahwa Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon harus "secara serius mempertimbangkan" masalah keanggotaan di PBB.
Hal tersebut terungkap dalam dokumen rahasia setebal 53 halaman. Surat kabar The Guardian berhasil mendapatkan bocoran dokumen tersebut, dan artikelnya dimuat di edisi hari Rabu (13/6).
Isi dokumen itu antara lain juga mengkritik sanksi ekonomi yang diberlakukan pada pemerintahan Hamas setelah memenangkan pemilu di Palestina tahun 2006 kemarin, karena sanksi itu telah menimbulkan "konsekuensi yang menghancurkan" bagi rakyat Palestina.
"Langkah-langkah yang diambil oleh komunitas internasional, yang menganggap bahwa hal itu akan memulihkan eksistensi Palestina dan bisa hidup damai berdampingan dengan Israel, pada kenyataannya berdampak sebaliknya, " tulis De Soto dalam laporan tertanggal 5 Mei 2007 itu.
Di sisi lain, De Soto mengecam Hamas yang dalam piagamnya mencantumkan penghancuran terhadap Israel. Ia juga mengecam Presiden Palestina Mahmud Abbas, yang dinilainya sangat lemah dan kepemimpinannya tidak efektif.
Dari sisi Israel, De Soto menilai kebijakan-kebijakan negara Zionis itu sengaja dirancang untuk memicu reaksi dari kelompok-kelompok pejuang Palestina. Kondisi ini, katanya, membuyarkan tujuan untuk mewujudkan konsep dua negara Israel-Palestina.
Dalam laporan yang disampaikan De Soto bersamaan dengan pengunduran dirinya sebagai utusan khusus PBB untuk Timur Tengah bulan Mei kemarin, kebanyakan berisi kritikannya terhadap PBB. Ia menilai PBB lebih mementingkan hubungan baik dengan AS dan cenderung lebih meningkatkan hubungannya dengan Israel.
Ia mengatakan, PBB tidak terus terang mengatakan pada Israel bahwa PBB sudah gagal dalam mengupayakan proses perdamaian di Timur Tengah.
Setelah mundur sebagai utusan khusus PBB, posisi De Soto akan digantikan oleh Michael Williams asal Inggris. De Soto mengundurkan diri setelah dua tahun menjabat sebagai utusan khusus PBB, dan mengakhiri 25 tahun karirnya di PBB. (ln/aljz)
No comments:
Post a Comment